Nama Saya David Wijaya Munthe, Anak ke 7 dari 12 bersaudara. Anak dari Ayah S. Munthe dan Ibu K. Manurung. Saya berasal dari Pangaribuan, kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Minggu, 18 Maret 2018
Voc
Kampoeng Sejarah
Tempat share buat loe para peminat sejarah (Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Rabu, 09 Oktober 2013
MATERI SEJARAH SMP VII
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
1. VOC
VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang mempunyai wilayah di Hindia Timur. Pengurusnya terdiri dari 6 orang yang disebut “Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang pengurus harian yang disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang diberikan parlemen Belanda:
· Membuat perjanjian dengan raja-raja setempat
· Menyatakan perang dan perdamaian
· Membuat senjata & benteng
· Mencetak uang
· Mengangkat & memberhentikan pegawai
· Mengadili perkara
Pada tahun 1609, Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di Ambon. Misi utamanya adalah untuk memimpin VOC menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika Jan Pietersoon Coen diangkat sebagai gubernur jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke Jayakarta. Selain melakukan monopoli, VOC juga menjalankan system pemerintahan tidak langsung (indirect rule). Tidak berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. dengan factor-faktor berikut:
· Banyak pegawai VOC korupsi karena gajinya rendah
· VOC tidak mampu bersaing dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC)
· Walaupun rugi, pemegang saham tetap diberi dividen
· Perang Belanda melawan Inggris
· Jatuhnya kongsi dagang VOC di India & adanya kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia
2. Penjajahan Prancis-Belanda
Di Eropa sedang dalam suasana Perang Koalisi satu (1792-1797). Belandapun kalah sehingga membuat rajanya, Willem V, meminta perlindungan dari Inggris. Napoleon Bonaparte, pemimpin Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin Belanda. Louis kemudian mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda sejak 1808. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada masa pemerintahannya, Daendels banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang condong kepada kediktatoran. Contohnya, pembangunan jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan raya itu melibatkan banyak tenaga dengan system rodi.
Kekuasaan sewenang-wenang yang diterapkan Daendels membuatnya ditarik kembali agar citra Hindia Belanda tidak bertambah buruk. Tetapi penarikan Daendels membua dampak buruk. Belandapun berhasil dikuasai Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda dengan ditandai oleh Kapitulasi Tuntang.
3. Penjajahan Iggris
Tahun 1811-1816, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tindakannya yang popular adalah mencetuskan system sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak membebani rakyat, namun kondisi di Eropa membuat Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri masa jabatannya di Indonesia. Perang koalisi berakhir dengan kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil keputusan bahwa sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu, dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
4. Belanda
Untuk menangani berbagai persoalan di Indonesia yang baru saja dikembalikan ke Inggris, pemerintah belanda mengirimkan sebuah komisi. Komisi tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout sebagai ketua, dan A.A. Buyskes dan van der Capellen sebagai anggota. Setelah komisi dibubarkan, van der Capellen diangkat sebagai gubernur jenderal. Dia melaksanakan pola konservatif, dalam arti menerapkan kebijakan monopoli seperti VOC:
a. Masa Tanam Paksa
Ketika van den Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal, pada tahun 1830 dia menciptakan peraturan baru yang bernama ‘tanam paksa’ / cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan untung guna menutup deficit keuangan negri Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya Tanam paksa adalah:
· Defisit anggaran belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang diponegoro
· Keadaan di Jawa yang tidak menguntungkan saat itu
· Perdagangan dan perusahaan belanda mengalami kemunduran
Pokok-pokok ketentuan Tanam paksa:
o Penduduk wajib menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan pemerintah
o Tanah tersebut dibebaskan dari pajak
o Tanah tersebut dikerjakan selama 1/5 tahun
o Risiko penanaman ada pada pemerintah
o Hasil tanaman yang diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti rugi
o Kelebihan hasil panen akan diganti oleh pemerintah
o Waktu yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam padi
Penyimpangan Tanam Paksa:
Ø Tanah yang ditanami lebih dari 1/5 lahan
Ø Tanah yang ditanami tanaman wajib masih terkena pajak
Ø Banyak petugas yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya
Ø Tanah yang ditanami tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur
Akibat penyimpangan:
1. Bagi Bangsa Indonesia
· Menimbulkan kesengsaraan
· Pemerintahan Belanda memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan tanahnya sehingga makin sengsara
2. Bagi Belanda
· Memperoleh keuntungan yang sangat besar
· Timbul penentangan tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan etis
b. Politik Liberal Kolonial
Golongan liberal berhasil menguasai parlemen sehingga mereka mempunyai peluang untuk menciptakan undang-undang dasar guna membatasi kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar undang-undang de Waal:
1. Undang-undang Gula yang menyebutkan bahwa penanaman tebu harus dilakukan oleh pengusaha swasta, tidak dengan system tanam paksa
2. Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa gubernur jenderal dan rakyat dilarang menjual tanah kepada orang asing, tetapi dapat menyewakannya selama 75 tahun
Ini merupakan awal yang baik walaupun dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan Pemerintahan Hindia Belanda.
Sejarah dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
A. Ajaran Hindu dan Budha
1. Hindu
Agama Hindu pada merupakan sinkretisme (perpaduan) antara kepercayaan bangsa Dravida, yang merupakan penduduk asli India, dengan bangsa Arya, yang merupakan bangsa pendatang dari Asia Tengah yang berhasil menaklukkan bangsa Dravida sekitar tahun 1500 SM. Agama Hindu mempunyai konsep politheisme yaitu menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama dari umat Hindu adalah dewa Brahma (dewa pencipta), dewa Wisnu (dewa pemelihara) dan dewa Syiwa (dewa perusak) yang ketiganya biasa disebut Tri Murti. Salah satu pokok dalam ajaran Hindu adalah konsep reinkarnasi atau dilahirkan kembali sebagai penebusan dosa karena masih banyaknya dosa dan kesalahan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya. Jadi tujuan dari manusia hidup di dunia adalah moksha atau tidak dilahirkan kembali dan tinggal di nirwana yang penuh kenikmatan.
Agama Hindu berpedoman pada kitab suci Weda, Brahmana dan Upanisad.
a. Kitab Weda terdiri dari empat himpunan (Samhita).
1. Regweda, berisi puji-pujian terhadap dewa.
2. Samaweda,berisi nyanyian-nyanyian suci yang slokanya diambil dari Regweda.
3. Yayurweda, berisi penjelasan tentang sloka-sloka yang diambil dari Regweda.
4. Atharwaweda,berisi mantra-mantra yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti (sihir, ilmu gaib, mengusir penyakit, menghancurkan musuh, mengikat cinta, serta memperoleh kedudukan dan kekuasaan).
b. Kitab Brahmana adalah kitab suci yang terdiri keterangan tentang upacara sesaji.
c. Kitab Upanisad adalah kitab suci yang berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Dalam agama Hindu masyarakat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang mempunyai hak dan peranan yang berbeda-beda, yaitu :
a. Kasta Brahmana, terdiri atas para pendeta.
b. Kasta Ksatria, terdiri atas para raja dan bangsawan.
c. Kasta Waisya, terdiri atas para pedagang dan kaum buruh menengah.
d. Kasta Sudra, terdiri atas para petani, buruh kecil dan budak.
Hari raya umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri.
2. Budha
Pada awalnya Budha merupakan salah satu aliran dalam agama Hindu yang disebut budhisme. Budhisme dimunculkan dan dikembangkan oleh Sidharta Gautama sebagai protes atas ketidakadilan sistem kasta dalam masyarakat Hindu, dimana kasta rendahan mengalami ketidakadilan. Sidharta sebenarnya masuk dalam kasta ksatria karena merupakan putra dari Raja Sudhodana dari kerajaan Kapilawastu. Tetapi kemudian dia meninggalkan semua kemewahan istana dan menjadi pertapa setelah dia melihat kehidupan di luar istana yang sangat memprihatinkan. Dalam pertapaannya dia memperoleh bodhi dan disebut Sang Budha (yang disinari).
Umat Budha mempunyai kitab suci yang disebut Tripitaka yang berarti tiga keranjang. Isi dari kitab Tripitaka adalah :
a. Winayapitaka, berisi tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Budha.
b. Sutrantapitaka, berisi wejangan sang Budha.
c. Abdidharmapitaka, berisi keterangan dan penjelasan tentang agama Budha.
Umat Budha meyakini bahwa manusia hidup di dunia berada dalam kesengsaraan (samsara), oleh karena itu kesengsaraan dapat dihentikan dengan mengamalkan astavidha (delapan jalan) yaitu : Ajaran yang benar; Niat yang benar; Perkataan yang benar; Perbuatan yang benar; Penghidupan (mata pencaharian) yang benar; Usaha (daya upaya) yang benar; Perenungan yang benar; Samadi (bersemedi) yang benar.
Dalam perjalanannya, ajaran Budha terpecah menjadi 2 aliran yaitu :
a. Budha Hinayana (kendaraan kecil)
Aliran ini berpendapat bahwa setiap orang harus berusaha sendiri-sendiri untuk masuk nirwana tanpa pertolongan orang lain. Hal itu sesuai dengan ajaran Budha pada awalnya.
b. Budha Mahayana (kendaraan besar)
Aliran ini berpendapat sebaiknya manusia berusaha bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai nirwana.
Umat Budha merayakan hari raya Triwaisak yaitu peringatan kelahiran, turunnya Bodhi dan kematian Sang Budha.
B. Proses Masuknya Hindu-Budha di Indonesia
Proses masuknya kebudayaan Hindu dan Budha berlangsung sangat panjang. Keterlibatan berbagai pihak sangatlah menentukan perkembangan kebudayaan ini. Mulai dari pedagang, tokoh agama bahkan hingga orang biasa.
Menurut Van Leur dan Wolters, hubungan dagang Indonesia dan India lebih dahulu berkembang daripada hubungan dagang yang dilakukan Indonesia dan Cina. Terlibatnya Indonesia dalam kegiatan perdagangan, berakibat terjadinya akulturasi kebudayaan, terutama dengan budaya India, yaitu agama Hindu dan Budha. Dari hubungan perdagangan tersebut, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia.
a. Teori Brahmana
Teori ini mengungkapkan bahwa kebudayaan Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia di bawa kaum brahmana. Kemungkinan teori ini adalah yang paling benar, hal ini terbukti dengan ditemukannya Yupa Kutai yang menyebutkan bahwa penyebaran ajaran Hindu dilakukan melalui upacara keagamaan, dan hal ini hanya dapat dilakukan oleh para brahmana. Pendukung teori ini adalah J.C. van Leur.
b. Teori Ksatria
Teori ini mengungkapkan bahwa agama Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia karena pengaruh dari para bangsawan. Hal ini dibuktikan dengan adanya koloni baru yang dibentuk orang India di Indonesia. Di tempat barunya para bangsawan menyebarkan agama dan budaya Hindu-Budha. Pendukung teori ini adalah C.C. Berg dan Majumdar.
c. Teori Waisya
Teori ini menyatakan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia. Para pedagang dari India banyak yang menetap di Indonesia yang kemudian jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha. Pendukung teori ini diantaranya N. J. Krom dan Purbacaraka.
d. Teori Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan Sudra menjadi orang buangan. Kemudian mereka meninggalkan India mengikuti kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar diduga golongan Sudralah yang memberi andil besar dalam penyebaran budaya/agama Hindu ke nusantara.
e. Teori Arus Balik
Teori ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch, Bosch meyakini bahwa orang Indonesialah yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di nusantara. Setelah di awali orang-orang India, penduduk Indonesia yang ingin tahu lebih dalam tentang ajaran Hindu-Budha langsung berlayar ke india untuk belajar. Kemudian setelah pulang ke indonesia mereka menyebarkan apa yang sudah mereka pelajari. Teori berdasar pada ditemukannya arca Budha di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang sangat mirip dengan arca yang dibuat di Amarawati (India).
C. Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu-Budha Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia
1. Bidang agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di nusantara telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha. Sejak berinteraksi dengan orang-orang India budaya baru tersebut membawa perubahan pada beragama. Misalnya, dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan).
2. Bidang sosial
Dalam bidang ini kebudayaan India mempengaruhi pada sistem pemerintahan dan kemasyarakatan. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak menduduki kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan seperti, Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain.
3. Bidang seni
Pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha ini dapat berupa relief, sastra. Untuk seni relief banyak dijumpai hiasan-hiasan pada dinding candi yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Adanya cerita Mahabarata dan Ramayana yang bersumber pada kebudayaan India. Selain itu adapun kitab-kitab yang dihasilkan oleh para pujangga Indonesia seperti: Arjunawiwaha (Mpu Kanwa); Sutasoma (Mpu Tantular); Negarakertagama (Mpu Prapanca).
4. Bidang bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sansekerta. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa sansekerta, seperti: Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, dan Parasamya Purnakarya Nugraha.
5. Bidang pendidikan
Dalam bidang ini kaum brahmana merupakan kelompok yang mempunyai pengaruh, karena yang memberikan ilmu dalam masyarakat. I-Tsing mengungkapkan bahwa di Kerajaan Sriwijaya telah didirikan sekolah setaraf perguruan tinggi yang menampung biarawan untuk belajar agama Budha.
Kampoeng Sejarah di 07.39
Berbagi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
‹
›
Beranda
Lihat versi web
Tentang Kampoeng Sejarah

Kampoeng Sejarah

Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Langganan:
Postingan (Atom)