Kamis, 30 Agustus 2018

Usaha Perjuangan Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia

Usaha Perjuangan Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia




Pada bab yang lalu kalian telah mempelajari Perang Dunia II. Tentu kalian masih ingat bukan akhir dari PD II? Ya, setelah kedua kotanya dibom atom akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Akibatnya di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Momentum tersebut dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk mengumandangkan kemerdekaan. Namun kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia ternyata masih membutuhkan pengorbanan untuk dipertahankan. Bagaimana bentuk-bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan? Agar kalian dapat memahaminya, maka ikutilah pembahasan berikut ini!

A. Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Daerah dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu dilakukan oleh Komando Asia Tenggara (South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas di Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI merupakan komando bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di Indonesia adalah:
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke negaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat perang.

Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.

1. Pertempuran Surabaya 10 November1945

Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan rangkaian kejadian yang diawali sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby. Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan senjata-senjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.

Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.

2. Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945

Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan.

Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.

4. Bandung Lautan Api

Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada bulan Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum Sekutu untuk mengosongkan kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang. Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan.

Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung. Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung mengungsi ke luar kota.

5. Puputan Margarana 20 November 1946

Perang Puputan Margarana di Bali diawali dari keinginan Belanda mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Letkol I Gusti Ngurah Rai, Komandan Resimen Nusa Tenggara, berusaha menggagalkan pembentukan NIT dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di Tabanan tanggal 18 Desember 1946. Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal dengan nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end). Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut. Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.

6. Serangan Umum 1 Maret 1949

Dalam agresi militer II, Belanda berhasil menangkap para pemimpin politik dan menduduki ibukota RI di Yogyakarta. Belanda ingin menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintahan RI telah dihancurkan dan TNI tidak memiliki kekuatan lagi. Menghadapi tindakan Belanda tersebut, TNI menyusun kekuatan untuk melawan Belanda. Puncak serangan TNI adalah serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelumnya, Letkol Soeharto mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem wehrkreise.
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor yaitu:
a. sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.

Pada malam hari menjelang serangan umum, pasukan-pasukan telah merayap mendekati kota dan melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat membantu memperlancar jalannya penyerangan dengan memberikan bantuan logistik. Dalam waktu enam jam kota Yogyakarta berhasil dikuasai TNI. Pada pukul 12.00 WIB tepat, pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.

Meskipun demikian, serangan umum telah mencapai tujuannya.
Berikut ini tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam

1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.
2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.


b. Ke luar

1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk mengadakan ofensif.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda.


Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Belanda dalam Forum Internasional dan Pengaruhnya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selain menggunakan perjuangan bersenjata, para pemimpin bangsa melakukan perjuangan diplomasi. Untuk lebih jelasnya, kalian pelajari beberapa contoh perjuangan diplomasi bangsa Indonesia dalam berbagai forum internasional di bawah ini.

1. Diplomasi Beras Tahun 1946

Antara India dengan Indonesia terdapat persamaan nasib dan sejarah. Keduanya sama-sama pernah dijajah dan menentang penjajahan. Oleh karenanya, ketika rakyat India mengalami kekurangan bahan makanan, pemerintah Indonesia menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000 ton. Perjanjian bantuan Indonesia kepada India ditandatangani tanggal 18 Mei 1946. Perjanjian ini sebenarnya merupakan barter kedua negara, sebab India ternyata juga memberikan bantuan obat-obatan kepada Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangannya mengusir Belanda.

2. Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perundingan Linggarjati.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.

3. Agresi Militer Belanda (Tanggal 21 Juli 1947)

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan agresi militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura. Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak menyangka apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif. Australia dan India mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga negara yaitu:
a. Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby; dan
c. Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin Dr. Frank Graham.
Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dengan demikian masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan Indonesia.
KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville. Selain itu juga mengembalikan para pemimpin Republik Indonesia yang ditawan Belanda di Bangka.

4. Perundingan Renville

Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville milik Amerika Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan tersebut, pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin. Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Hasil perundingan tersebut adalah:
a. wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),
b. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk,
c. kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan bagian dari RIS, dan
e. pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.
Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan
melakukan agresi militer II tanggal 19 Desember 1948.

5. Agresi Militer Belanda II, (Tanggal 19 Desember 1948)

Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan aksi polisionil ke II. Belanda menduduki kota Yogyakarta, yang diawali dengan penerjunan pasukan payung di Lapangan Udara Maguwo, serta mengepung dan menghancurkan konsentrasi-konsentrasi TNI. Dalam agresi kedua, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap para pemimpin politik serta militer.
Meskipun para pemimpin politik ditangkap, pemerintahan Republik Indonesia tidak berhenti. Sebelum ditangkap Presiden Soekarno memberikan mandat melalui radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Melalui PDRI, pemerintahan tetap terus berjalan. PDRI mampu memberi
instruksi kepada delegasi Indonesia di forum PBB untuk menerima penghentian tembak-menembak dan bersedia berunding dengan Belanda. Hal ini dilakukan dalam rangka menarik simpati dunia internasional. Selain itu untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan RI masih terus berjalan meskipun para pemimpin politik ditawan oleh Belanda.

6. Konferensi Asia di New Delhi

Konferensi Asia di New Delhi di selenggarakan pada tanggal 20 – 25 Januari 1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk utusan dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia antara lain Mr. Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain-lain. Hasil konferensi meliputi:
a. pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,
b. pembentukan pemerintahan ad interim sebelum tanggal 15 Maret 1949,
c. penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia, dan
d. penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1 Januari 1950.

Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi tanggal 28 Januari
1949 yang isinya:
a. penghentian operasi militer dan gerilya,
b. pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,
c. pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan
d. akan diadakan perundingan secepatnya.

Dampak Konferensi Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia semakin mendapat dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda.

7. Perundingan Roem – Royen

Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang cukup keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan realita di PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations Commission for Indonesia. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement. Lihat tabel 3.1

Tabel 3.1 Statement Indonesia dan Belanda dalam Perundingan Roem-Royen.

8. Konferensi Meja Bundar (KMB)

Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB. Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 – 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional,
b. TNI menjadi inti APRIS, dan
c. negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.

KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI.

Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB.
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.

Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB menghasilkan beberapa keputusan berikut.
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.

Berikut ini dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia.
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


https://youtu.be/gMdjvS0l_p8

Usaha-Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

USAHA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PASCA TAHUN 1945)


Sebelum memperoleh kemedekaan, bangsa Indonesia terlebih dahulu memproklamasikan kemerdekaannya yang dikenal dengan “Proklamasi Kemerdekaan”. Proses ini berawal dari terdengarnya berita kekalahan Jepang dari pihak sekutu, seketika juga kelompok pemuda mendesak Sukarno-Hata untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Akan tetapi dengan alasan menunggu janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno-Hata tidak dengan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal inilah yang mendorong para pemuda melakukan aksi penculikan terhadap Sukarno-Hata ke Rengasdengklok yang akhirnya dikenal dengan “Peristiwa Rengasdengklok”. Proses perumusan teks prokalamasi kemerdekaan bertempat di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda dengan tujuan keamanan dan tidak terganggu oleh pihak Jepang.

        Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai upaya, yaitu perlucutan senjata Jepang, menghadapi tentara sekutu dan NICA, serta perjuangan politik untuk mendapatkan pengakuan internasional. Kedatangan pihak sekutu ke Indonesia dengan tujuan melepaskan tawanan perang tentara sekutu dari Jepang dan melucuti tentara Jepang pada awalnya diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia. Namun setelah tahu kedatangan sekutu diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan tujuan Belanda ingin menguasai kembali wilayah Indonesia, akhirnya terjadilah konflik di berbagai daerah di Indonesia. Pada masa itu Belanda melalui pemimpin Van Mook membentuk Negara-negara bagian, yaitu NIT (Negara Indonesia Timur), Negara Pasundan, Daerah Istimewa Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatra Timur, Negara Jawa Timur.

Perjuangan Bersenjata dalam Usaha Mempertahankan Kemerdekaan

1.  Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945)

Pada peristiwa ini gugur Dokter Karyadi yang ditembak pasukan Jepang. Akhirnya pecah perang antara pasukan Jepang dengan rakyat Indonesia dan pasukan Jepang yang mengakibatkan banyaknya korban.

2.  Peristiwa heroik di Surabaya

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 diawali dengan ultimatum dari pasukan sekutu (Inggris) pada bangsa Indonesia untuk menyerahkan senjata dengan membawa bendera putih sebagai tanda menyerah pada sekutu sebagai akibat tewasnya Brigjen Mallaby. Namun sampai batas waktu yang dijanjikan tidak diindahkan akhirnya terjadilah pertempuran yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban.

3.  Bandung Lautan Api

Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1945 ketika pasukan sekutu memasuki kota Bandung untuk mengambil alih tawanan Jepang dan melucuti senjata mereka. Pihak Sekutu juga meminta Indonesia untuk menyerahkan senjata yang berhasil dirampas dari pihak Jepang. Namun permintaan itu tidak dihiraukan oleh Indonesia akhirnya tanggal 23 Maret 1946 meletuslah pertempuran tersebut. Adanya perintah dari pusat untuk mengosongkan kota Bandung, akhirnya pasukan meninggalkan kota Bandung dengan terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung bagian selatan.

4.  Peristiwa Medan Area

Peristiwa ini bermula dengan kedatangan pasukan sekutu yang diboncengi NICA pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan mereka yang bermaksud untuk memperkuat pasukan Westerling (Belanda) yang diterjunkan sebelumnya akhirnya memberikan kesimpulan bahwa Belanda bermaksud untuk menjajah kembali. Akhirnya terjadi ketegangan-ketegangan yang menimbulkan konflik antara Inonesia dengan Belanda.

5.  Peristiwa Merah Putih di Menado

Terjadi pada tanggal 14 Desember 1945 di mana para pemuda Menado yang tergabung dalam pasukan KNIL bersama rakyat berhasilo merebut Menado, Tomohon, dan Minahasa dari tangan sekutu/Belanda. Daerah yang direbut tersebut dikibarkan bendera Merah Putih.

6.  Pertempuran Ambarawa

Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Desember 1945 antara pasukan Inggris (Sekutu) melawan pasukan Indonesia (Divisi V Banyumas) di bawah Kolonel Soedirman.

Dalam pertempuran itu pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan Inggris. Untuk mengenangnya didirikan Monumen Palagan Ambarawa.

7.  Pertempuran Puputan Margarana di Bali

Puputan artinya perang habis-habisan. Perang ini terjadi pada tanggal 26 November 1946 antara pasukan Belanda dan rakyat Bali. Dalam peperangan ini tokoh Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur.

8.  Pertempuran 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan

Pertempuran ini terjadi di wilayah Sulawesi Selatan sperti Polongbangkeng, Pare-Pare, dan Luwu. Pejuang yang gugur salah satunya yaitu Emmy Saelan.

9.  Agresi Militer Belanda I

Terjadi tanggal 21 Juli 1947 di mana Belanda telah melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-tiba.  Serangan tersebut diarahkan di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra terutama daerah minyak dan perkebunan.

10.       Agresi Militer Belanda II

Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Serangan ini telah melanggar Perjanjian Renville. Melihat hal ini, Sukarno dan Hata mengirim radiogram kepada Mr Syarifudin Prawiranegara yang berkunjung di Bukittinggi Sumatra untuk segera membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi.

Beberapa Perjuangan Melalui Jalur Diplomasi (Perundingan).

1. Perundingan Soekarno – Van Mook

    Pertemuan dimulai tanggal 23 Oktober 1945 di Gambir. Dalam perundingan ini tidak menghasilkan apa-apa, namun sebagai langkah awal merintis jalan perundingan selanjutnya.

2. Pertemuan Sutan Syahrir – Van Mook Pertama

     Pertemuan ini juga tidak menghasilkan keputusan apa-apa karena Belanda tetap berpegang teguh pada isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942.

3. Perundingan Hooge Veluwe

     Perundingan ini terjadi tanggal 14 – 21 April di Hooge Veluwe di kota kecil Belanda. Perundingan ini menemui jalan buntu yang mengakibatkan hubungan Indonesia– Belanda semakin memburuk.

4. Perundingan Linggarjati

     Perundingan ini menghasilkan :

1. Belanda mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra.

2. Pemerintah Belanda bersama RI akan bersama-sama mendirikan Negara Indonesia Serikat (NIS)  tanggal 1 Januari 1949

3. RI dan Belanda merupakan satu uni (gabungan) yang dikepalai Ratu Belanda

5. Perundingan Renville

     Hasil dari perundingan ini :

     1. Akan dibentuk RIS (Republik Indonesia Serikat)

2. Belanda akan tetap berkuasa di Indonesia sampai saat penyerahan kedaulatan.

     3. Kedudukan RIS sejajar dengan Belanda

     4. RI merupakan bagian dari RIS

5. Pasukan RI harus ditarik keluar dari daerah pendudukan yang berhasil direbutnya.

6. RI harus mengakui daerah yang berhasil diduduki Belanda sejak Agresi Militer Belanda Pertama.

6. Perundingan Roem Royen

     Hasil pertemuan ini :

1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan     semua aktivitas gerilya

     2. Pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta

     3. Pemerintah RI akan menghadiri KMB

4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan tawanan perang

7. Perundingan Inter Indonesia

     Perundingan hanya ke dalam wilayah Indonesia yang diwakili dari RI dan BFO (Negara Bagian Indonesia). Tujuannya untuk menyamakan langkah dalam menghadapi KMB di Den Haag.

8. Perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar)

     Hasil KMB adalah :

1. Belanda mengakui kedaultan RIS (Republik Indonesia Serikat) kecuali wilayah Irian Barat yang akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.

2. Dibentuknya UNI Indonesia-Belanda dengan monarchi Belanda sebagai Kepala Negara.

3. Hutang Hindia Belanda diambil alih oleh RIS.


lihat ( https://youtu.be/bPsu_G4RW34 )

Kamis, 23 Agustus 2018

Dasasila Bandung

Dasasila Bandung adalah sepuluh poin hasil pertemuan Konferensi Asia–Afrika yang dilaksanakan pada 18-25 April 1955 di BandungIndonesia. Pernyataan ini berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.[1][2][3][4]


Isi Dasasila Bandung

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil

4.Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain

5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB

6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi(penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama

10.Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

Jumat, 10 Agustus 2018

Marnini marnono

Burjumi tu hami gelleng mon
Tung so tarlupahon au dingolukki
Diparmudumudu ho dihaholongi hDo hami anakkon mon

Haduan dung margogo au tahe
Balosonku do sude pambahenan mi
Bahenon ku ho sonang bahenon ku ho sangap
Damang dainang i na burju i

Reff..

Ale Tuhan ramoti ma tongtong
Daamang i dohot dainang i
Padao sahit padao mara
Sian daging nang tondi nai
Lehon umur na ganjang
Sahat tu sari matua
Lehon roha na sonang
Sahat tu marnini marnono

Lehon roha na sonang

Sahat tu marnini marnono

cipt. Dakka Hutagalung

https://youtu.be/up5LoAQdqMg

Minggu, 18 Maret 2018

Voc

Kampoeng Sejarah Tempat share buat loe para peminat sejarah (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Rabu, 09 Oktober 2013 MATERI SEJARAH SMP VII Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia 1. VOC VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang mempunyai wilayah di Hindia Timur. Pengurusnya terdiri dari 6 orang yang disebut “Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang pengurus harian yang disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang diberikan parlemen Belanda: · Membuat perjanjian dengan raja-raja setempat · Menyatakan perang dan perdamaian · Membuat senjata & benteng · Mencetak uang · Mengangkat & memberhentikan pegawai · Mengadili perkara Pada tahun 1609, Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di Ambon. Misi utamanya adalah untuk memimpin VOC menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika Jan Pietersoon Coen diangkat sebagai gubernur jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke Jayakarta. Selain melakukan monopoli, VOC juga menjalankan system pemerintahan tidak langsung (indirect rule). Tidak berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. dengan factor-faktor berikut: · Banyak pegawai VOC korupsi karena gajinya rendah · VOC tidak mampu bersaing dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC) · Walaupun rugi, pemegang saham tetap diberi dividen · Perang Belanda melawan Inggris · Jatuhnya kongsi dagang VOC di India & adanya kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia 2. Penjajahan Prancis-Belanda Di Eropa sedang dalam suasana Perang Koalisi satu (1792-1797). Belandapun kalah sehingga membuat rajanya, Willem V, meminta perlindungan dari Inggris. Napoleon Bonaparte, pemimpin Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin Belanda. Louis kemudian mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda sejak 1808. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada masa pemerintahannya, Daendels banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang condong kepada kediktatoran. Contohnya, pembangunan jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan raya itu melibatkan banyak tenaga dengan system rodi. Kekuasaan sewenang-wenang yang diterapkan Daendels membuatnya ditarik kembali agar citra Hindia Belanda tidak bertambah buruk. Tetapi penarikan Daendels membua dampak buruk. Belandapun berhasil dikuasai Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda dengan ditandai oleh Kapitulasi Tuntang. 3. Penjajahan Iggris Tahun 1811-1816, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tindakannya yang popular adalah mencetuskan system sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak membebani rakyat, namun kondisi di Eropa membuat Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri masa jabatannya di Indonesia. Perang koalisi berakhir dengan kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil keputusan bahwa sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu, dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada Belanda. 4. Belanda Untuk menangani berbagai persoalan di Indonesia yang baru saja dikembalikan ke Inggris, pemerintah belanda mengirimkan sebuah komisi. Komisi tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout sebagai ketua, dan A.A. Buyskes dan van der Capellen sebagai anggota. Setelah komisi dibubarkan, van der Capellen diangkat sebagai gubernur jenderal. Dia melaksanakan pola konservatif, dalam arti menerapkan kebijakan monopoli seperti VOC: a. Masa Tanam Paksa Ketika van den Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal, pada tahun 1830 dia menciptakan peraturan baru yang bernama ‘tanam paksa’ / cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan untung guna menutup deficit keuangan negri Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya Tanam paksa adalah: · Defisit anggaran belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang diponegoro · Keadaan di Jawa yang tidak menguntungkan saat itu · Perdagangan dan perusahaan belanda mengalami kemunduran Pokok-pokok ketentuan Tanam paksa: o Penduduk wajib menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan pemerintah o Tanah tersebut dibebaskan dari pajak o Tanah tersebut dikerjakan selama 1/5 tahun o Risiko penanaman ada pada pemerintah o Hasil tanaman yang diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti rugi o Kelebihan hasil panen akan diganti oleh pemerintah o Waktu yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam padi Penyimpangan Tanam Paksa: Ø Tanah yang ditanami lebih dari 1/5 lahan Ø Tanah yang ditanami tanaman wajib masih terkena pajak Ø Banyak petugas yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya Ø Tanah yang ditanami tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur Akibat penyimpangan: 1. Bagi Bangsa Indonesia · Menimbulkan kesengsaraan · Pemerintahan Belanda memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan tanahnya sehingga makin sengsara 2. Bagi Belanda · Memperoleh keuntungan yang sangat besar · Timbul penentangan tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan etis b. Politik Liberal Kolonial Golongan liberal berhasil menguasai parlemen sehingga mereka mempunyai peluang untuk menciptakan undang-undang dasar guna membatasi kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar undang-undang de Waal: 1. Undang-undang Gula yang menyebutkan bahwa penanaman tebu harus dilakukan oleh pengusaha swasta, tidak dengan system tanam paksa 2. Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa gubernur jenderal dan rakyat dilarang menjual tanah kepada orang asing, tetapi dapat menyewakannya selama 75 tahun Ini merupakan awal yang baik walaupun dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan Pemerintahan Hindia Belanda. Sejarah dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia A. Ajaran Hindu dan Budha 1. Hindu Agama Hindu pada merupakan sinkretisme (perpaduan) antara kepercayaan bangsa Dravida, yang merupakan penduduk asli India, dengan bangsa Arya, yang merupakan bangsa pendatang dari Asia Tengah yang berhasil menaklukkan bangsa Dravida sekitar tahun 1500 SM. Agama Hindu mempunyai konsep politheisme yaitu menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama dari umat Hindu adalah dewa Brahma (dewa pencipta), dewa Wisnu (dewa pemelihara) dan dewa Syiwa (dewa perusak) yang ketiganya biasa disebut Tri Murti. Salah satu pokok dalam ajaran Hindu adalah konsep reinkarnasi atau dilahirkan kembali sebagai penebusan dosa karena masih banyaknya dosa dan kesalahan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya. Jadi tujuan dari manusia hidup di dunia adalah moksha atau tidak dilahirkan kembali dan tinggal di nirwana yang penuh kenikmatan. Agama Hindu berpedoman pada kitab suci Weda, Brahmana dan Upanisad. a. Kitab Weda terdiri dari empat himpunan (Samhita). 1. Regweda, berisi puji-pujian terhadap dewa. 2. Samaweda,berisi nyanyian-nyanyian suci yang slokanya diambil dari Regweda. 3. Yayurweda, berisi penjelasan tentang sloka-sloka yang diambil dari Regweda. 4. Atharwaweda,berisi mantra-mantra yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti (sihir, ilmu gaib, mengusir penyakit, menghancurkan musuh, mengikat cinta, serta memperoleh kedudukan dan kekuasaan). b. Kitab Brahmana adalah kitab suci yang terdiri keterangan tentang upacara sesaji. c. Kitab Upanisad adalah kitab suci yang berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup. Dalam agama Hindu masyarakat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang mempunyai hak dan peranan yang berbeda-beda, yaitu : a. Kasta Brahmana, terdiri atas para pendeta. b. Kasta Ksatria, terdiri atas para raja dan bangsawan. c. Kasta Waisya, terdiri atas para pedagang dan kaum buruh menengah. d. Kasta Sudra, terdiri atas para petani, buruh kecil dan budak. Hari raya umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri. 2. Budha Pada awalnya Budha merupakan salah satu aliran dalam agama Hindu yang disebut budhisme. Budhisme dimunculkan dan dikembangkan oleh Sidharta Gautama sebagai protes atas ketidakadilan sistem kasta dalam masyarakat Hindu, dimana kasta rendahan mengalami ketidakadilan. Sidharta sebenarnya masuk dalam kasta ksatria karena merupakan putra dari Raja Sudhodana dari kerajaan Kapilawastu. Tetapi kemudian dia meninggalkan semua kemewahan istana dan menjadi pertapa setelah dia melihat kehidupan di luar istana yang sangat memprihatinkan. Dalam pertapaannya dia memperoleh bodhi dan disebut Sang Budha (yang disinari). Umat Budha mempunyai kitab suci yang disebut Tripitaka yang berarti tiga keranjang. Isi dari kitab Tripitaka adalah : a. Winayapitaka, berisi tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Budha. b. Sutrantapitaka, berisi wejangan sang Budha. c. Abdidharmapitaka, berisi keterangan dan penjelasan tentang agama Budha. Umat Budha meyakini bahwa manusia hidup di dunia berada dalam kesengsaraan (samsara), oleh karena itu kesengsaraan dapat dihentikan dengan mengamalkan astavidha (delapan jalan) yaitu : Ajaran yang benar; Niat yang benar; Perkataan yang benar; Perbuatan yang benar; Penghidupan (mata pencaharian) yang benar; Usaha (daya upaya) yang benar; Perenungan yang benar; Samadi (bersemedi) yang benar. Dalam perjalanannya, ajaran Budha terpecah menjadi 2 aliran yaitu : a. Budha Hinayana (kendaraan kecil) Aliran ini berpendapat bahwa setiap orang harus berusaha sendiri-sendiri untuk masuk nirwana tanpa pertolongan orang lain. Hal itu sesuai dengan ajaran Budha pada awalnya. b. Budha Mahayana (kendaraan besar) Aliran ini berpendapat sebaiknya manusia berusaha bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai nirwana. Umat Budha merayakan hari raya Triwaisak yaitu peringatan kelahiran, turunnya Bodhi dan kematian Sang Budha. B. Proses Masuknya Hindu-Budha di Indonesia Proses masuknya kebudayaan Hindu dan Budha berlangsung sangat panjang. Keterlibatan berbagai pihak sangatlah menentukan perkembangan kebudayaan ini. Mulai dari pedagang, tokoh agama bahkan hingga orang biasa. Menurut Van Leur dan Wolters, hubungan dagang Indonesia dan India lebih dahulu berkembang daripada hubungan dagang yang dilakukan Indonesia dan Cina. Terlibatnya Indonesia dalam kegiatan perdagangan, berakibat terjadinya akulturasi kebudayaan, terutama dengan budaya India, yaitu agama Hindu dan Budha. Dari hubungan perdagangan tersebut, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. a. Teori Brahmana Teori ini mengungkapkan bahwa kebudayaan Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia di bawa kaum brahmana. Kemungkinan teori ini adalah yang paling benar, hal ini terbukti dengan ditemukannya Yupa Kutai yang menyebutkan bahwa penyebaran ajaran Hindu dilakukan melalui upacara keagamaan, dan hal ini hanya dapat dilakukan oleh para brahmana. Pendukung teori ini adalah J.C. van Leur. b. Teori Ksatria Teori ini mengungkapkan bahwa agama Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia karena pengaruh dari para bangsawan. Hal ini dibuktikan dengan adanya koloni baru yang dibentuk orang India di Indonesia. Di tempat barunya para bangsawan menyebarkan agama dan budaya Hindu-Budha. Pendukung teori ini adalah C.C. Berg dan Majumdar. c. Teori Waisya Teori ini menyatakan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia. Para pedagang dari India banyak yang menetap di Indonesia yang kemudian jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha. Pendukung teori ini diantaranya N. J. Krom dan Purbacaraka. d. Teori Sudra Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan Sudra menjadi orang buangan. Kemudian mereka meninggalkan India mengikuti kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar diduga golongan Sudralah yang memberi andil besar dalam penyebaran budaya/agama Hindu ke nusantara. e. Teori Arus Balik Teori ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch, Bosch meyakini bahwa orang Indonesialah yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di nusantara. Setelah di awali orang-orang India, penduduk Indonesia yang ingin tahu lebih dalam tentang ajaran Hindu-Budha langsung berlayar ke india untuk belajar. Kemudian setelah pulang ke indonesia mereka menyebarkan apa yang sudah mereka pelajari. Teori berdasar pada ditemukannya arca Budha di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang sangat mirip dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). C. Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu-Budha Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia 1. Bidang agama Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di nusantara telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha. Sejak berinteraksi dengan orang-orang India budaya baru tersebut membawa perubahan pada beragama. Misalnya, dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan). 2. Bidang sosial Dalam bidang ini kebudayaan India mempengaruhi pada sistem pemerintahan dan kemasyarakatan. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak menduduki kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan seperti, Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain. 3. Bidang seni Pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha ini dapat berupa relief, sastra. Untuk seni relief banyak dijumpai hiasan-hiasan pada dinding candi yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Adanya cerita Mahabarata dan Ramayana yang bersumber pada kebudayaan India. Selain itu adapun kitab-kitab yang dihasilkan oleh para pujangga Indonesia seperti: Arjunawiwaha (Mpu Kanwa); Sutasoma (Mpu Tantular); Negarakertagama (Mpu Prapanca). 4. Bidang bahasa Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sansekerta. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa sansekerta, seperti: Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, dan Parasamya Purnakarya Nugraha. 5. Bidang pendidikan Dalam bidang ini kaum brahmana merupakan kelompok yang mempunyai pengaruh, karena yang memberikan ilmu dalam masyarakat. I-Tsing mengungkapkan bahwa di Kerajaan Sriwijaya telah didirikan sekolah setaraf perguruan tinggi yang menampung biarawan untuk belajar agama Budha. Kampoeng Sejarah di 07.39 Berbagi  Tidak ada komentar: Posting Komentar Link ke posting ini Buat sebuah Link ‹ › Beranda Lihat versi web Tentang Kampoeng Sejarah  Kampoeng Sejarah  Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger. 

Selasa, 18 April 2017

KERINDUAN

Ketika prinsip & hati sejalan itulah kerinduan sesungguhnya

Sejatinya, setiap insan manusia selalu memiliki kerinduan tersendiri, kerinduan yang senantiasa akan selalu di kejar jua di perjuangkannya.
Tak ada ubahnya dengan dia yang kini telah beranjak lalu pergi itu. Jauh
di relung hatinya, dia memiliki kerinduan yang ingin diwujudkannya sesegera mungkin, itu sebabnya dia senantiasa berusaha untuk mengkaji prinsip jua keinginan hatinya. Tapi bukan prinsip jualah namanya ketika dia hanya ikut arus dan berjalan sesuai arahan sang kapitalis yang selalu mengakomodir segala sesuatunya dengan kekuasaannya. Bukan keinginan hati jualah namanya apabila bekerja hanya berdasar ke otoriteran sang kapitalis, tidak bisa memberi sumbangsih ide atau gagasan. Sang kapitalis hanya butuh tenaga yang senantiasa siap jadi pesuruhnya. Sang kapitalis tak akan pernah peduli dengan rintihan orang-orang sekeliling oleh sifat dan sikapnya. Sang kapitalis tak akan pernah memandang orang-orang disekeliling sama seperti ketika sang kapitalis itu memandang dirinya ketika berkaca. Sang kapitalis hanya tau membuat aturan yang mendatangkan profit untuknya. Sang kapitalis hanya peduli dengan tumpukan setoran di ruang kerjanya, sekalipun tumpukan setoran itu dikumpul dengan cucuran keringat, sekalipun tumpukan setoran itu dikumpul dari usaha mengemis orang-orangnya. Sesuatu hal yang membuat bukan hanya si dia bahkan mereka juga ingin pergi.

Tapi berbeda cara setiap orang menyikapi, berbeda pulalah kerinduan setiap insan.
Bukan tidak mungkin juga sidia tetap eksis disana. Cukup dengan bekerja versi "ASAL TANTE SENANG" saja sidia pasti bisa bertahan.
Yang pasti satu hal si dia bukan tipe pesuruh
Apalagi tipe orang yang bekerja dengan prinsip "ASAL TANTE SENANG".

Bukan...
Bukan...
Bukan itu prinsipnya..
Akan berbenturan 'prinsip & hatinya' jika dia mengaplikasikan hal seperti itu.
Yahh si dia yang kini memilih beranjak itu ingin sesegera mungkin memuaskan kerinduannya. Kerinduan yang tidak akan  puas dengan bayaran tinggi, dengan jabatan sekalipun. Tapi kerinduan Yang akan terpuaskan dengan kenyamanan. Dimana kenyamanan yang dia inginkan sesuai dengan prinsipnya 'berkembang & mengembangkan' sesuai dengan keinginan hatinya 'berinteraksi & membangun masyarakatnya'.
Karena kerinduannya adalah kenyamanan baginya. Dan kenyamanan baginya adalah sejalannya prinsip & hati dalam bekerja.
"Sidia bukanlah hamba uang juga BUKAN hamba sang kapitalis"

Sabtu, 15 April 2017

BERANJAK lalu PERGI

Hidup dan kehidupan dua hal yang tidak akan terpisah, ketika ingin tetap hidup maka kehidupan harus dilalui.

Didunia ini dua hal yang dia pahami tentang hidup, yaitu memilih dan terpilih. Sebagian orang  yang mengenalnya akan menganggap terlalu dangkal pemahamannya tentang dunia ini. Padahal bukankah seharusnya dia lebih jauh dan paham memaknai hidup itu?? Sebab, Bukankah dia sudah menelusuri dusun-dusun kampung?? Bukankah dia sudah mengetuk dari pintu ke pintu para kaum kapitalis ketika dikota??
Bukankah dia jera dengan tragedi 'keroncong kampung tengah' akibat demo cacingnya?
Bukankah dia butuh bantuan kaum kapitalis demi kehidupannya?? Dia memang bodoh kata orang lain.
Live Is Choise (Memilih & Terpilih)
Orang lain bisa berpendapat, orang lain bebas mengkritisi. Karna akan semakin berkualitas hidup jika bisa menerima kritik dan bersedia di kritisi. Beribu kritisi itulah yang dijadikannya untuk memperbaiki kehidupan.
Tapi jauh didalam hatinya, sebelum dia mendedikasikan dirinya untuk pendidikan. Dia terlebih dulu menguji seberapa teguh hatinya untuk memilih jalan itu. Keputusannya untuk berdedikasi di pendidikan bukan tidak berdasar, keputusan itu dikristalkan di negeri nun jauh di timur indonesia. Setahun mengkristalisasikan pilihannya, diapun memilih mendedikasikan diri untuk pendidikan.
Berbagai pelatihan jua syarat administratif turut di lengkapi, sehingga dia tidak akan tercekal dan berharap terpilih untuk dunia pendidikan yang dia dambakan.
Dia berharap terpilih didaerahnya untuk turut serta membangun kampung dari dunia pendidikan dengan memanusiakan manusia.
Di negeri nun jauh di timur dia pernah berkhayal bahkan iri dengan orang-orang yang berinteraksi disana (siswa/i nya), hatinya berontak, pikirannya merana "kenapa harus jauh mengabdikan diri & membangun masyarakat yg tidak dikenalnya? Bukankah tanah kelahiranku sendiri butuh pembangunan manusia? Bukankah aku dianggap manusia tidak tahu diri ketika aku lebih memilih mengabdikan diri untuk orang yang sedarah pun tidak denganku?? Bukankah itu boomerang tersendiri buatku?? Betapa malunya aku ketika bisa membangun masyarakat lain sedang masyarakat daerahku tertinggal dan masih tetap jadi babu?? Gerutunya dalam hati.
Dan seketika itu juga dia bertekad untuk mengabdikan diri untuk tanah kelahirannya, untuk masyarakatnya. Dia menumpuk berbagai bekal  yang akan dibagikannya kelak ketika dia kembali dari negeri nun jauh untuk membangun manusianya. Sekembalinya dari negeri nun jauh dia tidak langsung leluasa dan bebas untuk memilih melanjutkan tekadnya. Dia masih harus menyelesaikan tahun keduanya bertugas untuk pemerintah.
Ditahun keduanya dia bertugas untuk sekolah terbesar, termaju di salah satu daerah, fasilitas serba mewah, pembelajaran yang menutut dia belajar teknologi guna mengimbangi masyarakat baru yang akan berinteraksi dengannya. Berbanding terbalik dengan tahun pertamanya, jangankan fasilitas pendidikan, seragam dan atribut sekolah, dia bahkan harus memohon agar para orangtua mengizinkan anaknya untuk dibekalinya baca, tulis, mengenalkan dan meyakinkan mereka bahwa negara mereka adalah INDONESIA yang beribukotakan JAKARTA, berbenderakan merah putih yang bermaknakan berani dan suci, berlambangkan garuda pancasila bersemboyankan bhinneka tunggal ika yang memiliki luas wilayah dari ujung barat yang bernama SABANG dan berujung di timur yang bernama MERAUKE.
Semua dia lalui dengan harap kelak ketika sekembalinya dari tugas pemerintah, dia bisa memiliki bekal lebih untuk membangun daerahnya.
Dua tahun berjalan, administrasi dan pengabdian terselesaikan. Pemerintahpun memberi kebebasan memilih ikut kembali membangun masyarakat indonesia di luar negeri, kembali ke daerah tahun pertamanya atau bahkan di beri kebebasan untuk mencari tempat berdedikasi sendiri. Dia menetapkan pilihan untuk nemilih tempat berdedikasi sendiri yang tentu sesuai dengan khayalnya ingin turut serta membangun manusia di daerahnya sendiri.
Tak berselang lama 3 bulan sekembalinya dia mendapat tawaran dari beberapa lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan yang dulu pernah diampu lalu di tinggalnya.
Suatu tantangan baru ketika tawaran itu datang dari lembaga yang belum pernah diampu dan lembaga yang belum terekam di curricullum vitaenya. Dengan berbagai pertimbangan dan harap bisa turut membantu membangun manusia disana yang merupakan daerahnya, dia mengiyakan untuk siap bekerjasama.
Berbagai Kejanggalan dia temukan di 6 bulan pertamanya, dia berniat pergi dan mencoba menerima pinangan pihak lain. Tapi lagi-lagi dia berpikir bukankah ini tantangannya? Bukankah ini yang harus dibangun?? Kembali menyurutkan ingin untuk menyudahi dengan harap bisa memberi sumbangsih dan menumpah ruahkan bekal yang tertumpuk selama ini. Namun lagi- lagi kejanggalan, bahkan kali ini lebih parah, suatu keputusan yang sungguh bahkan sangat berlawanan dengan prinsip, pola pikir, keteguhan hati dan niat berdedikasinya dibenturkan.
Sesaat itu juga dia niat mengabdi dan membangunnya memudar disana, keteguhan hatinya berubah jadi kesal dan amarah, keinginan berdedikasinya hilang.
Dengan tanpa menghiraukan apapun, jeritan manusia-manusia yang sudah terlanjur dia sayangi, terlanjur dia harapkan, manusia yang masih belum sempat dia bekali bahkan tanpa menghiraukan "keroncong kampung tengahnya kelak" akibat demo cacing-cacing itu dia bersikeras dan memutuskan untuk "Beranjak lalu pergi"



Dia beranjak bukan karna tingkah bocah-bocah disana
Dia pergi bukan karna tidak ingin membantu memanusiakan manusianya
Dia beranjak karna dia gagal membantu dan mengembangkan bocah-bocah itu
Dia pergi karna dia sendiri gagal berkembang disana
Dia beranjak karna dia "memilih"
Dia pergi karna dia "tidak terpilih"

"sekalipun dia Beranjak, sekalipun dia Pergi Bukan Berarti Dia Hilang!!!"

Izinkanlah dia "Beranjak lalu Pergi" demi hidupnya kelak, karna hidup itu baginya hanya sebatas "Memilih & Terpilih"


Parone 16April2017